Sabtu, 02 Maret 2013

Berikan Teladan, Bukan Perintah


Seorang wartawan masuk ke kabin pesawat. Ia ingin meliput kegiatan Aircraft Cleaning yang dilakukan oleh Garuda Indonesia. 
Tampak ada beberapa orang yang berada di dalam kabin pesawat. Ada yang tengah menggosok kursi pesawat, ada pula yang sedang sibuk membersihkan kaca pesawat. 
Tiba-tiba, terdengar suara seorang laki-laki dari dalam toilet pesawat Garuda yang tengah parkir di Bandara Soekarno-Hatta.
Laki-laki itu memakai sebuah topi yang dipasang terbalik ke belakang. Sebuah kacamata menempel erat di atas hidungnya. Sesekali, ia memberi petunjuk kepada orang-orang yang juga sedang membersihkan kabin pesawat Garuda. 
Setelah dihampiri lebih dekat oleh sang wartawan, ternyata ia adalah Emirsyah Satar, CEO Garuda Indonesia.
Dia tidak sedang berdiri menyimpan tangan didalam saku celana sambil menunjuk ini-itu pada karyawannya. Tangannya sendirilah yang turut memegang busa, sikat dan berbagai alat pembersih lainnya untuk membuat kabin pesawat menjadi lebih bersih dan segar. 
Ada banyak pimpinan yang hanya bisa memberi perintah. Namun, Emirsyah adalah pimpinan yang memberikan contoh. 
Sebuah perusahaan membutuhkan kontribusi banyak orang untuk berubah.” – Emirsyah Satar, CEO Garuda Indonesia

Ada Dua Cara Menjalani Kehidupan


Dua pria menuju sebuah lembah yang indah dan subur, namun mereka harus melalui sebuah hutan yang sangat lebat untuk sampai ke sana.
Orang-orang mengatakan, jalan yang harus ditempuh gelap dan penuh halangan, tapi jika sampai maka semua akan terbayar.
Maka, kedua pria tadi pun memulai perjalanan di pagi hari. Lama kelamaan, pria pertama menjadi semakin tidak sabar karena susahnya medan yang ditempuh.
Pria pertama memutuskan untuk secepat mungkin sampai ke lembah. Ia tak peduli semak belukar atau tanaman-tanaman tajam yang harus ia hadapi. Ia terus saja menerjang, meski seluruh badannya menjadi sakit.
Ia berlari secepat mungkin, sehingga temannya tertinggal. Setelah perjuangannya menembus hutan, ia akhirnya sampai di lembah tujuannya. Namun sekujur tubuhnya sakit, orang-orang di sekitar lembah pun memutuskan untuk menolong dan merawatnya.
Ketika pria pertama tadi sudah sampai di lembah, pria kedua masih berada di belakang. Apa yang akan ia lakukan?
Ternyata ia menggunakan kampak untuk memotong semak belukar dan tanaman yang mengganggu di sepanjang jalannya menuju lembah. Walau butuh waktu lebih lama, ia memilih mempermudah jalan bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi orang lain yang nantinya ingin menuju ke lembah.
Hari demi hari ia lewati, dan akhirnya ia sampai ke lembah tujuannya. Sesampainya di sana, ia pun bertemu temannya yang masih terbaring sakit.
Keesokan hari, pria yang membuat jalan di hutan itu kemudian langsung bisa bekerja bersama penduduk di sana, sementara temannya masih tak bisa berbuat apa-apa.
Dan setelah itu, banyak orang mulai berdatangan ke lembah yang indah tersebut melewati jalan yang telah dibuat oleh pria kedua tadi.
Ada dua cara mengarungi kehidupan. Pertama seperti yang dilakukan pria pertama, yang hanya memikirkan diri sendiri untuk sampai ke tujuan dan kemudian perjalanannya berakhir. Atau seperti pria kedua yang mau membuka jalan untuk orang lain, sehingga mereka mendapat berkah dan manfaat dari apa yang telah ia lakukan.

Mensyukuri Hal-hal Kecil


Tahun 1933 baru dimulai. Dan Edgar baru saja diberhentikan dari pekerjaaan paruh waktu-nya, sehingga tidak bisa lagi ikut memberikan sumbangan bagi nafkah keluarga.
Satu-satunya pemasukan adalah yang diperoleh Ibu Edgar dengan menjahit pakaian orang. Namun kemudian Ibu jatuh sakit selama beberapa minggu sehingga tidak mampu bekerja.
Aliran listrik rumah pun terpaksa diputuskan oleh perusahaan listrik karena mereka tidak membayar rekening. Lalu perusahaan gas memberhentikan aliran gas. Selanjutnya perusahaan air minum. Tapi Dinas Kesehatan meminta perusahaan itu mengalirkan air lagi, atas pertimbangan kesehatan.
Lemari makan keluarga Edgar hampir tidak pernah ada isinya lagi. Beruntung, mereka memiliki kebun sayuran kecil dan dapat memasak sebagian dari hasilnya dengan menggunakan api unggun di pekarangan belakang.
Lalu pada suatu hari adik perempuan Edgar datang sambil meloncat-loncat, pulang dari sekolah. Ia berkata,
Besok kami disuruh membawa sesuatu ke sekolah untuk diberikan kepada orang miskin.
Ibu langsung berkata, “Ibu tidak tahu siapa yang masih lebih miskin daripada kita.”
Saat itu, Nenek yang tinggal bersama mereka, memegang tangan Ibu sambil mengerutkan kening, untuk menyuruh Ibu diam.
Eva,” kata Nenek pada Ibu, “Jika kau membuat anakmu merasa bahwa ia orang miskin pada umur semuda itu, maka ia akan menjadi orang miskin seumur hidupDi dalam lemari makan masih ada sebotol selai buatan kita sendiri. Itu bisa dibawanya ke sekolah besok.
Nenek menemukan selembar tisu dan sepotong pita biru. Dengan bahan-bahan itu dibungkusnya botol selai dan keesokan harinya adik Edgar pergi dengan bangga ke sekolah, membawa ‘hadiah untuk orang miskin’.
Orang yang bersyukur akan hal-hal kecil sudah pasti adalah orang-orang yang sering bersyukur. – Frank Clark
(Chicken Soup for The Soul)

Kekuatan Kata-kata


Seorang pembicara sedang berbicara tentang kekuatan berpikir positif dan kekuatan kata-kata.
Salah satu peserta yang menonton mengangkat tangannya dan berkata,
Bukan karena saya mengatakan ‘baik, baik, baik’ yang membuat saya merasa lebih baik. Juga bukan karena saya mengatakan ‘buruk,buruk, buruk’ yang membuat saya merasa lebih buruk. Itu hanya kata-kata yang tidak memiliki kekuasaan atas diri saya.”
Tanpa diduga, pembicara itu menjawab. “Diam, tolol! Kamu tidak mengerti apa-apa tentang ini!”
Semua orang terpaku. Peserta yang tadi mengangkat tangannya, wajahnya menjadi merah dan dia akan membalas,
Kau! ...” Sebelum ia bisa menyelesaikan makiannya, pembicara mengangkat tangannya.
Maafkan saya, saya tidak bermaksud membuat Anda kesal. Silahkan terima permintaan maaf saya yang paling tulus.”
Semua orang dan peserta tadi pun kembali tenang. Beberapa orang di aula itu bergumam, yang lain sudah mulai menyilangkan lagi kaki mereka.
Pembicara pun melanjutkan, “Ada alasan saya melakukannya. Anda bisa lihat beberapa kata dari saya yang membuat Anda sangat marah. Dan kata-kata lainnya yang benar-benar menenangkan Anda.”
Sekarang, apakah Anda memahami kekuatan kata-kata?
Speak when you are angry – and you will make the best speech you’ll ever regret” (Bicaralah saat Anda marah – dan Anda akan membuat satu pidato yang paling Anda sesali). - Laurence J. Peter

Cara Lincoln Menaklukkan Musuh


Sebelum menjadi presiden, Abraham Lincoln sangat dimusuhi oleh Edwin Stanton. Tidak ada sebab yang jelas mengapa Stanton begitu membencinya.
Banyak yang berspekulasi bahwa mereka selalu bersaing dalam politik  dan bersaing mendapatkan perhatian publik. 
Kebencian Stanton makin menjadi saat Lincoln terpilih menjadi presiden Amerika. Pada awal pemerintahan Lincoln, Stanton menyuarakan suara-suara tak sedap pada publik, untuk menjatuhkan wibawa Lincoln di hadapan rakyatnya. 
Sebagai seorang presiden, akan sangat mudah bagi Lincoln untuk ‘merekayasa’ agar Stanton masuk penjara atau sekedar ‘dihilangkan’ tanpa jejak. Tapi apa yang dilakukan Lincoln? 
Sebuah langkah mengejutkan, Presiden ini memutuskan mengangkat Stanton menjadi Menteri Pertahanan (Secreatry of War). 
Anda tidak sedang bergurau, Sir? Stanton adalah saingan politik Anda. Dalam setiap kesempatan ia selalu berusaha menjatuhkan Anda!” tanya asisten pribadi Lincoln. 
Tersenyum, Lincoln menjawab, “Saya memilih orang bukan berdasarkan rasa suka atau benci, tetapi lebih karena kemampuan yang ia miliki. Stanton orang yang sangat tepat untuk posisi itu. Dan dengan menjadikannya kawan, bukankah justru kita telah mengalahkan musuh?” 
Dan Lincoln benar. Setelah beberapa waktu berlalu, Stanton telah menjadi sahabat dekat sekaligus menteri yang amat setia. Sampai suatu ketika Lincoln mati terbunuh, Stanton-lah yang merasa paling kehilangan. 
Saat itu, Stanton bukan hanya kehilangan seorang atasan, namun membuatnya merasa kehilangan sosok sahabat, guru dan saudara. Dan komentarnya tentang kematian Lincoln di media, menginspirasi siapa saja yang mendengar dan membacanya. 
Permusuhan tidak dapat dilawan dengan permusuhan, kebencian bukan jawaban yang tepat bagi kebencian. Permusuhan hanya bisa dilawan dengan kasih, sebagaimana kegelapan hanya bisa dilawan dengan terang, dan api hanya bisa dipadamkan dengan air. 
Kasihilah musuhmu, dan berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu. 

Inspirasi Rahasia Kebahagiaan


Seorang anak muda melintasi padang pasir selama 40 hari untuk belajar tentang rahasia kebahagiaan dari orang paling bijaksana di dunia.
Akhirnya tiba di sebuah kastil yang indah, tinggi di puncak gunung. Di sanalah orang bijak itu tinggal. 
Saat memasuki aula kastil, ia melihat kesibukan di dalamnya; pedagang datang dan pergi, orang-orang bercakap-cakap di sudut-sudut, orkestra kecil sedang memainkan musik lembut, dan ada meja dengan makanan yang paling enak di dunia. 
Si orang bijak mendengarkan dengan seksama saat anak muda itu menjelaskan maksud kedatangannya, tetapi ia tidak punya waktu untuk menjelaskan rahasia kebahagiaan. Sang orang bijak pun menyarankan anak itu untuk melihat-lihat istana dan kembali dalam dua jam. 
Sementara itu, saya meminta Anda melakukan sesuatu,” kata si orang bijak. Ia menyerahkan sendok teh berisi dua tetes minyak pada anak itu.
Saat Anda berjalan-jalan, bawalah sendok ini tanpa membiarkan minyaknya tumpah.” 
Anak itu mulai menaiki dan menuruni banyak tangga istana, sambil matanya tertuju pada sendok. Setelah dua jam, ia kembali ke ruangan tempat orang bijak itu.
Nah,” kata si orang bijak, “Apakah Anda melihat perhiasan Persia yang tergantung di ruang makan?Apakah Anda melihat taman indah yang dikerjakan selama sepuluh tahun oleh tukang kebun terbaik?Apakah Anda melihat perkamen indah di perpustakaan saya?“ 
Anak itu menunduk dan mengaku bahwa ia tidak mengamati apa-apa. Perhatiannya tertuju pada minyak dalam sendok yang dipercayakan orang bijak padanya. 
Kalau begitu, kembali dan amati keajaiban dunia saya,” kata si orang bijak. “Anda tidak bisa mempercayai seseorang, kalau Anda tidak tahu rumahnya.” 
Merasa lega, anak muda itu mengambil sendoknya dan kembali menjelajahi istana tersebut, kali ini ia mengamati semua karya seni di langit-langit dan dinding. Ia melihat taman-taman, pegunungan di sekelilingnya, serta keindahan bunga-bunga. Setelah kembali ke orang bijak, ia bercerita tentang semua yang telah dilihatnya. 
Tapi kemana tetes minyak yang saya percayakan pada Anda?” tanya si orang bijak, melihat tak ada lagi minyak yang tersisa di sendok anak muda itu. 
Hanya ada satu nasihat yang bisa kuberikan,” kata orang bijak itu. “Rahasia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia, tanpa pernah melupakan setetes minyak di sendok.” 
Manusia kadang terlalu sibuk mencari-cari kebahagiaan, dan terfokus pada hal-hal yang terlihat besar dan luar biasa. Namun, tanpa disadari, ada hal kecil yang juga penting, yang bisa membuat mereka bahagia. 

Kebaikan Tanpa Syarat


Untuk Kanker”, begitu tulisan di kertas daftar sumbangan yang dipegang seorang anak kecil. Ia berdiri tepat di luar pintu masuk pusat perbelanjaan. 
Dalam angin musim semi yang dingin, hidung merah, dan topi yang membungkus sampai ke telinganya. Ia menghangatkan tangan kirinya dalam saku dan memegang daftar sumbangannya di sisi lain. 
Seorang pria paruh baya menghentikan langkahnya ketika melewati anak itu. Ia melihat anak itu tidak memakai sarung tangan. Ia segera memeriksa dompet, namun ia tidak punya uang kecil. 
Saya akan kembali untuk memberimu uang,” janjinya pada si anak kecil. 
Terima kasih!” Jjawab anak kecil itu sambil tersenyum, sebelum kemudian bersin dalam tisu usang. 
Sang pria paruh baya menatapnya. Ia melihat anak itu beku. Warna bibirnya seperti anak kecil yang menolak keluar dari bermain air. Kemudian ia bertanya, 
Apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau tau, kau bisa flu nanti. Masuklah ke dalam mal!” 
Maaf, tapi saya tidak bisa. Anda lihat penjaga disana? Ia mengatakan tidak ada yang diperbolehkan mengumpulkan uang untuk amal di mal tanpa izin tertulis dari manajer. Tapi dia membolehkan saya untuk berdiri disini,” jawab anak kecil itu sambil sesekali menggigil. 
Tapi saya merasa senang melakukan ini,” lanjutnya sambil tersenyum. 
Dengan rasa heran yang masih menggantung, pria itu masuk kedalam mal untuk mengambil uang dan memutuskan untuk membelikan sarung tangan untuk si anak kecil diluar tadi. 
Seorang kasir menatapnya heran karena ia bergumam pada dirinya sendiri, “Tapi aku merasa senang melakukan ini,” kalimat yang diucapkan si anak tadi. 
Ia setengah berlari menghampiri anak kecil yang menunggunya.
“ Oke, sekarang saya akan memberi Anda daftarnya. Tolong isi data Anda,” kata anak kecil itu sambil menyerahkan pena. 
Masih ada banyak baris kosong, beberapa tanda tangan dan beberapa jumlah uang yang tidak banyak. 
Apakah kau harus pulang dengan daftar yang penuh?” Tanya si pria penasaran. 
Sambil menggosok-gosokkan tangan, anak kecil itu menjawab, ”Ya. Atau tidak. Tidak harus, tapi saya ingin.” 
Dalam cuaca seperti ini?” Pria itu bertanya lagi sambil mengerutkan kening. 
Teman baik saya, Pete menderita Leukimia. Saya ingin membantunya”, jawabnya serius.
Pria itu segera memberikan sarung tangan yang tadi dibelinya pada anak kecil yang sudah beku itu.
Ini untukmu, bawalah! Aku yakin kamu meninggalkan punyamu di rumah.” 
Dengan girang, anak kecil itu menyambut, ”Terima kasih! Anda baik sekali! Sekarang saya bisa berdiri di sini lebih lama untuk memenuhi daftar ini.” Anak kecil itu membungkuk tanda terima kasih. 
Nah, lalu apa yang kau dapatkan nanti? Apakah mereka memberimu sesuatu sebagai ucapan terima kasih?” si pria tak henti bertanya. 
Mata anak itu bersinar senang dang berkata, “Oh ya! Tentu saja!” 
Apa itu?” Tanya sang pria lagi, berharap itu adalah mainan bagus atau mungkin uang untuk anak kecil itu. 
Anak itu sekarang tersenyum lebar seraya menjawab, “Saya mendapatkan daftar baru, dan kosong!” ucapnya berseri-seri. 
Inilah kebaikan tanpa syarat. Tak semua orang mampu melakukannya. Bagaimana dengan kita?

Inspirasi Sepasang Sepatu Gandhi


Saat Gandhi melangkah naik ke kereta suatu hari, salah satu sepatunya terlepas dan mendarat di salah satu bagian rel. 
Gandhi tidak dapat mengambilnya, karena bertepatan dengan kereta yang sudah mulai berangkat. 
Gandhi tiba-tiba melakukan sesuatu, hal yang mencengangkan rekan-rekannya.
Ia dengan tenang melepas sepatunya yang lain dan kemudian melemparkannya ke sepanjang jalur dan membuat sepatu itu mendarat dekat dengan sepatu pertama. 
Sesama penumpang yang penasaran, bertanya, mengapa ia lakukan hal itu? Gandhi pun menjawab,
Orang miskin yang menemukan sepatu tergeletak di  rel sana,  sekarang akan memiliki sepasang sepatu yang  dapat ia gunakan.” 
Gandhi melakukan hal tersebut karena ia tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Dan ia melakukannya karena ingin membuat hasil, yaitu memberikan sepasang sepatu bagi orang lain. Karena, ia sendiri pun tidak akan mungkin hanya memakai satu sepatu tanpa pasangannya.
Anda mungkin tidak pernah tahu apa hasil dari tindakan Anda, tapi jika Anda tidak melakukan apapun, tidak akan ada hasilnya.” – Mahatma Gandhi 

Kekuranganmu, Keistimewaanmu


Einstein kecil yang saat itu berusia 3 tahun belum bisa berbicara. Namun ketika ia mulai bisa bicara, kalimat yang diucapkannya selalu diulang dua kali.
Sampai usia 9 tahun, Einstein masih mengalami kesulitan bicara.
Ibu Einstein menganggap anaknya ‘aneh’ karena merasa janggal dengan ukuran kepala Einstein yang terlalu berlebihan untuk anak seumurnya.
Setelah diperiksakan, ternyata Einstein didiagnosis menderita Benign Macrocephlay yang nantinya bisa menjurus pada keterbelakangan mental.
Einstein juga diketahui pernah menderita Dyslexia(kesulitan mengenali angka dan huruf) dan gangguan mental dengan sindrom Asperger (sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme).
Tapi fakta kemudian berkata lain. Einstein mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi. Ia pun dianugerahi Penghargaan Nobel dibidang Fisika pada tahun 1921.
Kecerdesannya menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Bahkan, Einstein menjadi kata lain yang berarti ‘genius dalam bidangnya’ dalam kamus bahasa Inggris.
Setelah kematiannya, otak Einstein diteliti. Penelitian itu menunjukkan bahwa otak Einstein memang tidak memiliki regio operculum parietal yang dibutuhkan untuk fungsi verbal manusia.
Sementara itu, lobus parietal otaknya lebih besar dari manusia rata-rata, sehingga ia pintar dalam bidang matematika dan kognisi.
Einstein dengan kekurangannya mampu mencari celah untuk membuktikan kecerdasannya.
Jadi, jika Anda merasa tidak mampu melakukan sesuatu, carilah kelebihan Anda dan kembangkan!
I have no special talents, I am only passionately curious.” (Saya tidak punya bakat khusus, saya hanya sangat penasaran) – Albert Einstein.

Jumat, 01 Maret 2013

10 Pribadi yang Disegani dan Disenangi


Untuk menjadi pribadi yang disegani dan disenangi oleh orang lain, kita tak perlu harus punya kedudukan, harta berlimpah, ataupun wajah yang tampan dan cantik.
Ingin tahu pribadi-pribadi seperti apa yang disenangi?
Tulus
Ketulusan menempati peringkat pertama sifat yang paling disukai. Ketulusan membuat kita merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta.
Rendah hati
Rendah diri adalah kelemahan, sedangkan rendah hati adalah kekuatan. Hanya orang berjiwa kuat yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati akan mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia membuat orang yang diatasnya merasa baik dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.
Setia
Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan, selalu menepati janji, punya komitmen kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
Positive Thinking
Orang yang selalu positive thinking akan berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Ia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, dan lebih suka memuji daripada mengecam.
Ceria
Keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh, tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tak suka mengeluh, selalu berusaha meraih kegembiraan, dan punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.
Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Bila melakukan kesalahan, dia akan mengakuinya.
Dan ketika mengalami kegagalan, ia tak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Dan menyadari utuh bahwa dirinya sendiri yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Ia selalu tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci. Ketika menghadapi masa sukar, ia tetap tegar dan tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan, tak suka membesar-besarkan masalah kecil, bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Ia tak suka mengungkit masa lalu dan tak mau khawatir dengan masa depan, serta tak mau pusing dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.
Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Bila konflik terjadi, ia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Ia pun selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Selasa, 05 Februari 2013

Kebahagiaan Seumur Hidup


Seorang anak lelaki datang ke lelang sepeda yang diselenggarakan di kantor polisi.
Sepeda-sepeda yang dilelang adalah yang ditemukan di jalan dan tidak ada yang datang untuk mengakuinya sebagai pemilik.
Setiap kali juru lelang membuka penawaran baru, anak itu berkata, “Saya menawar satu dolar, Pak.”
Tetapi akan ada orang yang menawarkan lebih tinggi, sehingga akhirnya setiap sepeda yang dilelang jatuh ke tangan orang yang menawar dengan harga tertinggi.
Dan setiap kali, anak itu selalu ikut menawar satu dolar. Ketika sepeda terakhir yang akan dilelang dibawa ke depan, anak itu berseru, “Saya menawar satu dolar, Pak.”
Penawaran naik terus dan akhirnya juru lelang mengetukkan palu pada tawaran harga sembilan dolar. Ia menunjuk ke arah anak lelaki itu yang duduk di barisan paling depan, sebagai isyarat bahwa anak itulah pemenangnya.
Kemudian juru lelang merogoh sakunya, mengambil uang sebanyak delapan dolar dan meletakkannya di atas meja. Anak itu maju, meletakkan satu dolarnya dalam bentuk recehan disamping delapan dolar tadi, mengambil sepeda barunya lalu berbalik hendak ke luar.
Tiba-tiba diletakkannya sepeda, lalu ia berbalik dan lari mendatangi juru lelang. Dipeluknya orang itu lalu ia menangis.
Jika kau menginginkan kebahagian; untuk sejam-tidurlah selama itu, untuk sehari-pergilah memancing, untuk sebulan-menikahlah, untuk setahun-warisi harta, untuk seumur hidup-tolonglah orang lain.” – Peribahasa Cina
(Chicken Soup for the Soul)

5 Cara Pikiran Positif Membawa Kedamaian dalam Hidup


Ketika kita berpikir positif, kita akan merasakan kedamaian dalam pikiran dan kesadaran kita. Kekuatan pikiran positif terletak pada kebahagiaan yang dibawanya.
Di bawah ini adalah 5 cara pikiran positif membawa kedamaian dalam hidup kita.
1. Membantu pikiran rileks
Berpikir positif merilekskan pikiran kita dan membantu kita menyingkirkan ketegangan, khawatir dan stres yang tidak perlu.
Ketika kita berpikir positif, pikiran tidak akan berada di bawah tekanan apapun, sehingga secara mental, kita lebih santai. Hal ini secara efektif membawa kedamaian dalam hidup kita.
2. Membuang emosi negatif
Berpikir positif akan membantu menyingkirkan segala macam emosi negatif seperti kemarahan, kecemasan, kecemburuan, kecurigaan, dan sebagainya. Karena tidak adanya kedamaian dalam hidup pada dasarnya disebabkan oleh semua emosi negatif.
3. Membantu konsentrasi
Dengan berpikir positif, perhatian kita tidak terosilasi antara hal-hal yang baik dan buruk, melainkan tetap fokus hanya pada hal-hal positif.
Dengan demikian, ini akan membantu kita untuk lebih berkonsentrasi pada pekerjaan, bukan membiarkan pikiran kita mengembara ke pikiran sia-sia yang sebagian besar negatif dan menyebabkan kekhawatiran.
4. Membangkitkan perasaan bersyukur
Berpikir positif membuat kita bersyukur untuk semua hal baik dalam hidup. Dan ketika kita bersyukur, kita berada dalam keadaan damai karena tidak berpikir tentang apa yang tidak kita miliki, tapi tentang apa yang kita miliki.
Dengan mengaktifkan perasaan kepuasan ini, berpikir positif akan membawa kedamaian dalam hidup kita.
5. Membuat kita bahagia
Last but not least, tujuan utama dari berpikir positif adalah untuk merasa baik tentang diri kita dan kehidupan kita. Ketika kita melakukannya, tidak ada negatif yang akan mengganggu ketenangan pikiran kita. Berpikir positif membuat kita fokus pada semua hal-hal positif dan membuat kita bahagia.
Fakta paling menakjubkan tentang berpikir positif adalah bahwa berpikir positif tidak memiliki kekurangan apapun dan tidak pernah berbahaya, bahkan ketika dilakukan berlebihan. Tapi kita tetap harus selalu realistis dan tidak memanjakan diri dalam kegilaan imajinatif. Berpikirlah positif sekaligus rasional.

Hal Kecil yang Luput dari Perhatian Kita


Di suatu acara seminar motivasi, sang motivator meminta para peserta yang menggunakan jam tangan analog untuk membantunya maju ke depan.
Lima peserta tersebut kemudian diminta meletakkan pergelangan tangan di belakang tubuh, agar jam tangan mereka tak terlihat.
Setelah memastikan bahwa semua jam tangan tak terlihat, sang motivator bertanya pada masing-masing peserta tentang usia dan harga jam tangan mereka.
Semua pemilik jam tangan ternyata ingat berapa usia dan harga jam tangan mereka, dan hampir semua jam tangan telah berusia lebih dari satu tahun.
Tersenyum, sang motivator lalu menanyakan pertanyaan kedua,
Nah, bila Anda semua ingat berapa usia dan harga jam tangan Anda, sekarang coba Anda ingat, berapa kali Anda melihat jam tangan itu setiap hari?”
Kelima peserta yang maju mengatakan bahwa mereka sangat sering melihat waktu pada jam tangan mereka. Hampir setiap satu jam sekali, bahkan bisa beberapa menit sekali jika sedang menunggu kedatangan seseorang atau bosan.
Sang motivator melanjutkan,
Anda sudah memiliki jam tangan ini dalam waktu yang lama dan sering memakainya, sering melihat waktu pada jam tangan Anda, bahkan juga ingat dengan harganya. Sekarang silahkan Anda ingat, dengan tangan Anda tetap di belakang, apakah penanda waktu pada jam tangan Anda memakai angka Arab (1, 2, 3) atau angka Romawi (I, II, III)?”
Semua peserta tampak kebingungan dan berpikir keras untuk mengingat apakah penanda waktu pada jam tangan mereka memakai angka Arab atau Romawi. Satu persatu dari mereka pun akhirnya menjawab dengan tak yakin. Setelah itu, mereka dipersilahkan melihat jam tangan mereka untuk memastikan apakah tebakan mereka benar atau salah.
Dari lima peserta,  hanya satu yang benar. Bahkan ada peserta yang menjawab bahwa penanda jam tangannya memakai angka Romawi, padahal jam tangan miliknya hanya memakai penanda strip ( - ).
Percobaan sederhana ini telah ‘menyentil’ kita. Bayangkan saja, jika dalam sehari kita melihat jam tangan kita sepuluh kali saja, sudah berapa ribu kali kita melihat penanda waktu pada jam tangan kita? Namun hal kecil ini justru luput dari pandangan kita.
Kita seringkali menerima kebaikan kecil yang berulang-ulang setiap hari dari orang-orang terdekat kita, keluarga, misalnya. Sudahkah kita berterima kasih pada mereka? Atau justru tidak sadar pada hal-hal kecil yang sebenarnya menopang hidup kita?

Menyelesaikan Masalah


Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.
Kenapa harus saya yang mengalami ini? Kenapa bukan orang lain saja? Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini? Bagaimana bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini? Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah? Ah, Tuhan tidak adil!
Depresi, kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali, bijaksanakah kita kalau selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan keadaan?
Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati, sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.
Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu, percayalah. Mengapa Tuhan memilih Anda untuk menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.
Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat. Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.
Hidup adalah untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti memiliki masalah sendiri. Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai, jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.

Hati-hati Bila Tinggi Hati


Seorang cendekiawan pergi menikmati pemandangan laut sore dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa per jam disepakati, ia dan seorang nelayan melaut cukup jauh dari bibir pantai.
Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya, “Apakah Anda pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?”
Tidak,” jawab sang Nelayan singkat.
Cendekiawan melanjutkan, “Ah, jika demikian Anda telah kehilangan seperempat peluang kehidupan Anda.” Nelayan itu hanya mengangguk-angguk, tanpa bersuara.
Apa Anda pernah belajar sejarah filsafat?” tanya cendikiawan lagi.
Belum pernah,” jawab nelayan itu singkat sambil menggelengkan kepalanya.
Cendekiawan pun melanjutkan, “Ah, jika demikian Anda telah kehilangan seperempat lagi peluang kehidupan Anda.”  Lagi-lagi, sang Nelayan hanya mengangguk-angguk, tanpa suara.
Apa Anda pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing?” tanya cendikiawan.
Tidak bisa.”
Aduh, jika demikian Anda total telah kehilangan tigaperempat peluang kehidupan Anda.”
Tiba-tiba, angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun hampir terguling. Namun dengan tenang nelayan itu bertanya pada cendekiawan,
Apakah Anda pernah belajar berenang di tengah lautan?”
Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, cendekiawan itu menjawab, “Tidak pernah.”
Tak diduga, sang Nelayan pun memberi komentar dengan percaya diri, “Ah, jika demikian, Anda telah kehilangan semua peluang hidup Anda.”
Apakah pelajaran yang tersirat dibalik kisah singkat ini? Bahwa alangkah tidak baiknya menjadi seorang yang sering meninggikan diri dan merasa lebih hebat dari orang lain.
Sehebat apapun kita, selalu ada orang lain yang bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Dan betapa kita semua memiliki keterbatasan dan selalu membutuhkan orang lain.

Cara Tuhan Menjaga Kita


Konon, ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara unik untuk mendewasakan anak laki-laki di suku mereka. 
Bila seorang anak laki-laki dianggap cukup umur untuk didewasakan, ia akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup. 
Seorang anak laki-laki pun dibawa jauh ke dalam hutan. Ketika hari sudah sangat gelap, tutup matanya akan dibuka, dan orang yang mengantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia dinyatakan diterima sebagai pria dewasa bila ia tidak berteriak, apalagi menangis hingga malam berlalu. 
Malam sangatlah gelap, ia bahkan tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, dan ia mulai ketakutan. Hutan mengeluarkan suara-suara menyeramkan, auman serigala, dan bunyi dahan bergemerisik. Tapi ia harus diam, tidak boleh berteriak atau menangis. Ia harus berusaha lulus dalam ujian ini. 
Satu detik terasa berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mulai membasahi sekujur tubuhnya. 
Ketika cahaya pagi mulai tampak, ia begitu gembira. Ia melihat sekeliling dan kemudian menjadi begitu kaget ketika ia mengetahui ayahnya berdiri tak jauh dibelakangnya, dengan posisi siap menembakkan anak panah, dengan pisau terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam. 
Seperti sang Ayah, seperti itulah Tuhan bekerja menjaga kita. Setiap kali kita merasa hidup terlalu kejam dan bertanya-tanya mengapa Tuhan melepaskan kita ke dunia yang sulit ini, Ia sebenarnya tetap menyertai kita. 

Mengambil Alih Tugas Tuhan


Seorang anak kecil sedang bermain sendirian dengan mainannya.
Sedang asyik-asyiknya bermain, tiba-tiba mainannya rusak!
Ia mencoba membetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya tidak berhasil. Ia pun mendatangi ayahnya untuk memintanya membetulkan mainan itu. 
Sambil memperhatikan, ia terus memberi instruksi pada ayahnya, “Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin disitu kerusakannya.” Ayah menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya. 
Maka dia memberi komentar lagi, ”Oh, bukan disitu, Yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi.” Kali ini Ayah juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul.
Kalau begitu coba yang di bagian depan, Yah, mungkin masalahnya ada disitu.” 
Kali ini Ayah balik berkomentar, “Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kau kerjakan sendiri saja? Jangan ganggu Ayah, Ayah masih harus mengerjakan yang lain.” 
Hampir putus asa karena mencoba untuk membetulkan sendiri dan masih belum berhasil, ia kembali pada ayahnya sambil merengek. “Tolonglah Yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana? Tolong Ayah betulkan.” 
Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, Ayah pun menyerah, “Baiklah. Mari Ayah betulkan mainanmu. Tapi, yang harus kamu lakukan adalah duduk dan perhatikan Ayah bekerja. Jangan menyela.” 
Ketika Ayahnya sedang memperbaiki mainannya, si anak mulai berkomentar lagi, ”Jangan yang itu Yah, sepertinya yang rusak ada di bagian lain.” 
Kali ini ayahnya berkata, ”Bila kau masih berkomentar, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan kamu berusaha sendiri.” Karena takut Ayahnya akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, anak itu diam dan hanya duduk manis tanpa mengeluarkan komentar apa pun. 
Seperti anak kecil itu, sering kali kita berkata berserah pada Tuhan, tapi masih ingin mengatur Tuhan tentang bagaimana sebaiknya jalan hidup kita. 
Bila kita sungguh-sungguh pasrah pada kehendak Tuhan, Tuhan yang Maha Tahu dan sangat mencintai kita akan melakukan yang terbaik, lebih dari apa yang bisa kita minta, sesuai dengan kehendak-Nya. 
Banyak manusia mengalami kegagalan dan ketidakseimbangan dalam hidup, karena sering mencoba  mengambil alih pekerjaan Tuhan.

Hidup Tidak untuk Mampir Marah-marah


Seorang Tuan kaya raya sangat menyukai bunga anggrek.
Suatu hari, ia hendak pergi berkelana. Ia berpesan pada bawahannya untuk hati-hati merawat bunga anggrek yang ditinggalnya. 
Selama kepergiannya, bunga-bunga anggrek itu dirawat penuh ketelitian.
Hingga suatu hari ketika sedang menyiram bunga anggrek tersebut, tanpa sengaja seseorang menyenggol rak pohon, membuat semua anggrek berjatuhan, pot-pot pecah berantakan dan pohon anggrek berserakan. 
Semua orang ketakutan, menunggu tuan mereka pulang dan segera meminta maaf dan pasrah menunggu hukuman. 
Setelah sang Tuan pulang dan mendengar kabar itu, ia memanggil para bawahannya. Namun ia tidak marah. Ia bahkan berkata, 
Alasan pertama aku menanam bunga Anggrek adalah untuk dipersembahkan pada orang yang suka pada keindahan Anggrek. Dan yang kedua adalah untuk memperindah lingkungan di daerah ini. Aku menanam anggrek bukan untuk sekedar marah-marah.” 
Walau sangat menyukai bunga Anggrek, dihatinya tidak ada rasa keterikatan. Sehingga ketika harus kehilangan bunga-bunga Anggreknya, tidak ada kemarahan dalam hatinya. 
Terlalu banyak yang kita khawatirkan tentang memiliki dan kehilangan suatu barang dan materi. Ini menyebabkan ketidakstabilan emosi. Dan pada gilirannya, membuat kita merasa tidak bahagia. 
Alangkah baiknya, ketika emosi tinggi dan hendak bertengkar, dengan siapapun, ingatlah, kita dianugrahi hidup dan mampu menjalani hidup bukan untuk sekedar marah. Masih banyak yang bisa kita pedulikan selain sekedar marah-marah.

Filosofi Setoples Penuh Kehidupan


Seorang Professor berdiri di depan kelas Filsafat. Saat kelas dimulai, ia mengambil toples kosong dan mengisinya dengan bola-bola golf.
Kemudian ia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” Murid-muridnya serempak mengiyakan tanda setuju. 
Kemudian profesor itu menuangkan batu koral ke dalam toples, mengguncangnya dengan ringan. Batu-batu koral pun mengisi tempat kosong di antara bola-bola golf. Kemudian ia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” Lagi-lagi mereka setuju. 
Selanjutnya ia menabur pasir ke dalam toples. Tentu saja pasir menutupi semuanya. Profesor sekali lagi bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” Para murid menjawab dengan mantap, “Ya, Sir!” 
Kemudian ia menuangkan dua cangkir kopi ke dalam toples dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir. Melihat itu, murid-muridnya tertawa. 
Sekarang, saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupan kalian. Bola-bola golf adalah hal yang penting; Tuhan, keluarga, anak-anak dan kesehatan. Jika yang lain hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh.” 
Ia melanjutkan, “Batu-batu koral adalah hal-hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil. Dan pasir adalah hal-hal sepele. Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples, maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun bola-bola golf.” 
Hal yang sama akan terjadi dalam hidup kalian. Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal sepele, kalian tidak akan memiliki ruang untuk hal-hal penting. Beri perhatian untuk hal-hal yang penting bagi kebahagiaan kalian.” 
“Bermainlah dengan anak-anakmu, luangkan waktu untuk check-up kesehatan, ajak pasanganmu keluar untuk makan malam. Berikan perhatian terlebih dahulu pada bola-bola gol, hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasirnya.” 
Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, “Kopi mewakili apa, Sir?” 
Profesor tersenyum, “Saya senang kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan pada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah sangat penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat.”

Jumat, 25 Januari 2013

Semangat

Tak seorang pun tahu kapan "WAKTU" mulai bergerak
Dan entah kapan sang "WAKTU" berhenti berjalan
Yang pasti sampai detik ini "DIA" terus bergerak dan terus bergulir
Entah Anda menghargai "WAKTU" dengan memanfaatkan sebaik-baiknya
Atau selalu menyia-nyiakan "WAKTU" dengan aktivitas yang tidak bermanfaat
"DIA" tetap diam dan terus berjalan tanpa memihak kepada siapa pun
Tanpa membantu siapa pun
Tetapi "DIA" bernilai untuk siapa pun
"DIA" tidak pernah kalah dan tidak akan usang
"DIA" selalu baru, selalu segar dan tegar

Hanya kitalah sebagai manusia
Lambat atau cepat pasti akan termakan oleh proses sang "WAKTU"
"WAKTU" untuk kehidupan seorang anak manusia
Tidak lama dan sangat terbatas
Maka sepantasnya harus kita isi kehidupan ini
Dengan "PRODUKTIVITAS" yang sangat bermanfaat
Baik bagi diri pribadi dan bagi manusia-manusia lainnya

Kesadaran akan "NILAI WAKTU" harus selalu diingatkan
Dipelihara dengan rasa syukur yang besar terhadap "SANG PENCIPTA"
Dengan demikian kita akan menghargai nilai keberadaan "SANG WAKTU"
Dan nilai-nilai diri kita sebagai manusia sehingga kita akan
Selalu berusaha untuk dapat menikmati "PROSES WAKTU" itu
Dengan kualitas kehidupan yang makin lama makin indah
Nikmat, bahagia dan sangat berarti

Nikmati "WAKTU"mu yang masih ada...!!!
Hargai "WAKTU"mu yang masih tersisa...!!!

Menikmati hidup....

Hidup ini hanya semetara, rugi kiranya kalau kita tidak menikmatinya...
Segala cobaan hidup yang kita alami adalah bagian dari hidup itu sendiri dan juga merupakan seni dari hidup..
Tidak akan pernah hidup itu jalan nya selalu lurus, pasti ada masalah yang kita temui dalam menjalani hidup ini..
Pasti ada kebahagian yang menanti kita di ujung masalah yang kita hadapi...
Mereka yang merasa bahagia adalah mereka yang bisa ngejalani hidup dengan bahagia dan mampu mengatasi segala masalah yang dihadapi nya dengan senyuman...
Hidup akan indah kalau kita menjalani nya dengan sabar dan ikhlas, selalulah berfikiran positif... Key ^_^
I will always support you whatever you do ^_^ 
Semoga apa yang kamu lakukan itu lah yang terbaik untuk mu ^_^


Cerita hati....

Semua yang terjadi baik menyenangkan maupun tidak.
Semua yang dijadikan baik senang maupun susah.
Adalah makna yang dapat dimengerti.
Adalah makna yang dapat memberi suatu kaidah hidup.
Menjadikan bijak bila ditelaah dengan hati.
Menjadikannya sempurna bila didampingkan dengan cinta.
Ketika hati sedang berduka karena kehilangan cinta.
Kemanakah rasa itu hilang dan pergi meninggalkan duka.
Jiwa pun goyah serasa ingin terbang melepaskan raga.
Yang ada hanya tetesan-tetesan air yang membasahi pipi.
Meskipun demikian hati tidak akan mati selama darah itu mengalir.
Menjadikan gelembung-gelembung udara dalam pembuluh melantunkan nada.
Bergerak memberikan semangat memacu langkah.
Mencari dan menemukan kembali sang cinta....


Teruntuk sahabat2 ku......


Teruntuk semua sahabatku....

di kutip dr kriman sms seorang sahabat...:

Kenapa persahabatan bisa putus...?
Karena kadang qt sama2 berfikir " ahh mungkin lagi sibuk.."
akhirnya gak jd telpn, sms dll.

terkadang qt brfikir tkut ganggu.. lama klamaan ...
                   jd cuek..
akhirnya muncul pkiran :
"ngapain jg gw yg ngubungin dy duluan, dy aja blum tentu mau dluan,
dy aj blum tentu mau ngubungi gw..."

kalo udah begini, cinta kasih dlam PERSAHABATAN itu akan redup .....
hasilnya gak ada lg hubungan,,...
                     semua jd lupa...