Sabtu, 02 Maret 2013

Mensyukuri Hal-hal Kecil


Tahun 1933 baru dimulai. Dan Edgar baru saja diberhentikan dari pekerjaaan paruh waktu-nya, sehingga tidak bisa lagi ikut memberikan sumbangan bagi nafkah keluarga.
Satu-satunya pemasukan adalah yang diperoleh Ibu Edgar dengan menjahit pakaian orang. Namun kemudian Ibu jatuh sakit selama beberapa minggu sehingga tidak mampu bekerja.
Aliran listrik rumah pun terpaksa diputuskan oleh perusahaan listrik karena mereka tidak membayar rekening. Lalu perusahaan gas memberhentikan aliran gas. Selanjutnya perusahaan air minum. Tapi Dinas Kesehatan meminta perusahaan itu mengalirkan air lagi, atas pertimbangan kesehatan.
Lemari makan keluarga Edgar hampir tidak pernah ada isinya lagi. Beruntung, mereka memiliki kebun sayuran kecil dan dapat memasak sebagian dari hasilnya dengan menggunakan api unggun di pekarangan belakang.
Lalu pada suatu hari adik perempuan Edgar datang sambil meloncat-loncat, pulang dari sekolah. Ia berkata,
Besok kami disuruh membawa sesuatu ke sekolah untuk diberikan kepada orang miskin.
Ibu langsung berkata, “Ibu tidak tahu siapa yang masih lebih miskin daripada kita.”
Saat itu, Nenek yang tinggal bersama mereka, memegang tangan Ibu sambil mengerutkan kening, untuk menyuruh Ibu diam.
Eva,” kata Nenek pada Ibu, “Jika kau membuat anakmu merasa bahwa ia orang miskin pada umur semuda itu, maka ia akan menjadi orang miskin seumur hidupDi dalam lemari makan masih ada sebotol selai buatan kita sendiri. Itu bisa dibawanya ke sekolah besok.
Nenek menemukan selembar tisu dan sepotong pita biru. Dengan bahan-bahan itu dibungkusnya botol selai dan keesokan harinya adik Edgar pergi dengan bangga ke sekolah, membawa ‘hadiah untuk orang miskin’.
Orang yang bersyukur akan hal-hal kecil sudah pasti adalah orang-orang yang sering bersyukur. – Frank Clark
(Chicken Soup for The Soul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar